Terong,
Sayuran Prospektif yang Belum Digarap Intensif Dengan kandungan gizi yang
tinggi, beragam serta didukung dengan rasanya yang enak membuat sayuran ini
sangat disukai tua muda, yang di desa maupun kota sehingga dikenal luas.
Sayangnya, budidaya sayuran terong ini belum dilakukan secara intensif padahal
permintaan masyarakat akan komoditas ini semakin meningkat bahkan peluang
ekspor pun masih terbuka Terong merupakan sayuran yang sudah dikenal luas
masyarakat Indonesia. Ini tidak terlepas dari kebiasaan kita yang
mengkonsumsinya baik dalam bentuk sayuran olahan maupun secara mentah. Dengan
semakin beragamnya selera masyarakat terhadap terong, bentuknya pun mengalami
perkembangan.
Namun
demikian, secara umum ciri fisik terong tidak jauh berbeda dari karakter
seperti : bentuk bulat/lonjong, panjang, berkulit mulus, dengan kaliks (tangkai
buah) yang besar sesuai ukuran buahnya. Buah terong merupakan sumber kalori
yang cukup besar yaitu sekitar 24 kal. Selain sebagai sumber kalori, buah
terong juga mempunyai komposisi gizi antara lain mengandung 1.5 % Protein, 0.2
gr lemak, 5.5 gr hidrat arang, 15 gram kalsium, 37 mg Fosfor, Besi 0.4 mg, Vit
A 30 SI , Vit B1 0.04 mg, dan Vit C 5 mg. Dengan komposisi gizi seperti itu
maka buah terong cocok dikonsumsi untuk perbaikan gizi. Meskipun terong
termasuk sayuran yang digemari masyarakat, nampaknya budidaya tanaman terong
ini tidak se-intensif budidaya tanaman sayuran favourit lain seperti cabai,
tomat, bawang, dan lainnya. Kenyataannya tidak sedikit petani kita yang menanamnya
sebagai pelengkap dan kadang ditumpangsarikan dengan tanaman lain.
Tentu
saja hal ini tidak terlepas dari masih kurang pentingnya peran komoditas terong
di masyarakat. Padahal bila kita mengkaji potensi pasar dalam negeri saja
pengusahaan terong secara intensif memberikan peluang yang cerah. Saat ini
hanya ada beberapa pihak saja yang mengelola terong ini secara intensif,
bermitra dengan petani kemudian melakukan pengolahan sehingga memiliki nilai
tambah untuk diekspor ke luar negeri. Meskipun data sensus pertanian 1998
mengungkapkan adanya kecendrungan peningkatan baik dari produksi maupun luas
areal sayuran terong di Indonesia yaitu sekitar 14.31 persen, namun
dibandingkan luas areal sayuran potensial yang ada konstribusinya sangat kecil.
Bahkan ada kecendrungan areal penanamannya semakin lama semakin berkurang.
Padahal dengan adanya peningkatan permintaan tersebut menunjukkan peluang pasar
terong masih terbuka. Kondisi ini semakin diperparah dengan masih rendahnya
tingkat produktifitas terong yang dihasilkan petani yaitu berkisar 60 – 80
kuintal per hektar.
Hal
itu menunjukkan bahwa pengusahaan terong di Indonesia belum digarap secara
optimal. Persoalan rendahnya produktifitas ini tentu saja erat kaitannya dengan
penggunaan benih terong yang selama ini dipakai petani disamping teknik
budidaya yang harus dioptimalkan. Penggunaan benih lokal maupun hibrida yang
sudah diturunkan akan mempengaruhi hasil panen karena sifat-sifat unggul yang
diturunkan tersebut sudah tenggelam karena telah ditutupi gen resesif atau gen
pembawa sifat yang tidak baik.
Padahal
seperti kita ketahui bahwa varietas hibrida selalu memiliki kelebihan sifat
unggul. Kecenderungan petani menggunakan varietas lokal maupun benih turunan
ini tentu saja sangat disayangkan apalagi bila tujuan kita ingin mengoptimalkan
hasil panen. Hal ini disebabkan pada benih lokal bukanlah hasil persilangan
atau hasil kombinasi sehingga tidak ada penggabungan sifat unggul. Sedangkan
apabila petani menggunakan benih hibrida turunan tentu saja sangat tidak
dianjurkan karena sifat-sifat jelek yang dibawa oleh induknya akan bermunculan
sehingga tanaman beserta hasil panennya tidak seragan. Melihat dari
kecendrungan permintaan buah terong yang meningkat, maka usaha peningkatan
produktifitas tanaman terong dapat dilakukan dengan penanaman secara intensif
dan penggunaan benih unggul. Persemaian Budidaya terong secara intensif dimulai
dari persiapan media semai. Benih terong yang akan ditanam harus berasal dari
benih hibrida sehingga hasil yang dicapai nanti lebih optimal. Disaat kita
melakukan pemeraman benih terong dengan kertas basah maupun handuk lembab
selama 24 jam, kita mempersiapkan media semai yang terdiri dari campuran tanah
dan pukan (pupuk kandang) dengan perban-dingan 2 : 1. Penggunaan pestisida bahan
aktif metalaksil (Saromyl 35 SD) sebagai pencegah jamur dapat menghindarkan
bibit dari penyakit dumping off . Hasil campuran media tersebut dimasukkan ke
dalam polybag dengan tinggi ± 8 cm dan diameter 5 cm. Persiapan Lahan Setelah
24 jam benih tersebut melalui proses pemeraman yang dicirikan dengan munculnya
radikula (calon akar), maka benih tadi siap dipindahkan ke media semai
menggunakan pinset dengan posisi radikula dibawah. Selama benih di persemaian ,
kita dapat melakukan persiapan tanam dengan mengolah tanah. Persiapan lahan
diawali dengan pembajakan sekali agar lapisan tanah yang ada di atas berada di
bawah dan sebaliknya. Selanjutnya lahan diairi dengan cara di-leb/digenangi
secara merata.
Penggenangan
sebaiknya dilakukan 3-5 jam dan selanjutnya dilakukan pembajakan kedua kalinya
agar pembuatan bedengan lebih mudah. Untuk mencapai hasil maksimal, maka untuk
pupuk dasar sebaiknya diberikan pupuk kandang sebanyak 15 kg/ 10 m2, dolomit
10-15 kg/ 10 m2, (khusus untuk tanah basah/tergenang/bersifat asam). Setelah
pupuk kandang ditaburkan merata, maka ditambahkan pupuk urea dengan dosis 2,5
kg/10 tanaman, SP-36 3 kg/10 tanaman dan KCl 1,5 kg/10 tanaman. Jika kita
menggunakan NPK maka pemberian dapat dilakukan dengan dosis 3 kg/10 tanaman.
Setelah tanah dicampur dengan pupuk maka barulah dibentuk bedengan – bedengan
membentuk single row (satu baris satu tanaman) dengan jarak antar tanaman 75 cm
untuk selanjutnya dipasang mulsa hitam perak.
Penanaman
Benih yang telah disemai selama 25 hari setelah semai (HSS) dapat ditanam pada
lubang tanam yang telah disediakan. Ciri dari bibit tanaman terong yang siap
tanam adalah munculnya atau keluar 3 lembar helai daun sempurna atau mencapai
tinggi ± 7,5 cm. Sebaiknya penanaman dilakukan pada sore hari setelah dilakukan
penggenangan untuk mempermudah pemindahan dan masa adaptasi pertumbuhan awal.
Sistem tanam yang digunakan untuk terong adalah sistem single row, dengan jarak
antara tanaman 75 cm. Bibit yang siap tanam dimasukkan kedalam lubang tanam
yang ditugal sedalam 10-15 cm kemudian ditekan ke bawah sambil ditimbun dengan
tanah yang berada di sekitar lubang mulsa sebatas leher akar (pangkal batang).
Untuk menjaga dari serangan hama dapat diberikan insektisida bahan aktif
carbofuran. KOMPOSISI GIZI KANDUNGAN JUMLAH Kalori Protein Lemak Hidrat Arang
Kalsium Fosfor Besi Vit A Vit B1 Vit C Air Bagian yang dapat dimakan 24 kal 1,5
gram 0.2 gram 5,5 gram 15 gram 37 (mg)/gram 0,4 mg 30 S.I 0,04 mg 5 mg 52,7
gram 87 % Sumber : Buku
Pintar
2000 Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman terong tidak berbeda dari tanaman
lainnya, yaitu membutuhkan suplai air dan unsur hara yang cukup sehingga
penyiraman yang teratur, maupun pemupukan susulan sangat perlu dilakukan.
Penyiraman dapat dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari selama
seminggu pertama setelah tanam. Sedangkan pupuk susulan diberikan pada tanaman
umur 21 hst antara lain ZA dosis 2.5 – 3 gram/tanaman, SP-36 2.5 – 3
gram/tanaman, KCl sebanyak 1-1.5 gram/tanaman. Pupuk diberikan dipinggir
tanaman dengan jarak 10 cm dari pangkal batang. Pupuk susulan kedua dilakukan
pada umur 50 HST dengan pupuk NPK Grand S-15 dengan dosis 8-10 gram per
tanaman. Pemupukan ke – IV yang terakhir yaitu NPK Grand-S 15 pada saat panen
yang kedua dilakukan dengan dosis sebanyak 10 gram. Disamping penyiraman dan
pemupukan, pencegahan hama dan penyakit dapat dilakukan dengan menyemprotkan
pestisida sesuai dengan ham atau penyakit yang menyerang .
Sedangkan
konsentrasinya disesuaikan dengan anjuran dan interval penyemprotan sisesuaikan
dengan intensitas serangan dan kondisi lingkungan. Panen Panen pertama terong
dapat dilakukan saat tanaman berumur 30 hst atau sekitar 15 – 18 hst setelah
munculnya bunga. Kriteria panen buah terong layak panen adalah daging belum
keras, warna buah mengkilat, ukuran
tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil. Sedangkan untuk terong jenis bulat
kecil panen buah dapat dilakukan pada umur 10-15 hari setelah muncul bunga
dengan ciri : buah kelihatan segar, warnanya cerah bagi terong tipe hijau dan
belum berwarna kecoklatan bagi terong berwarna ungu, bila dipotong belum tampak
biji yang berwarna kuning keemasan dan warna daging masih putih bersih.
Pemanenan dapat dilakukan seminggu dua kali sehingga total
dalam satu musim dapat dilakukan 8 kali panen dengan potensi jumlah buah per
tanaman bisa mencapai 21 buah. Setelah pemanenan yang ke delapan biasanya
produksi mulai menurun baik kwalitas maupun kwantitasnya. Keragaman bentuk dan
Jenisnya Terong tergolong ke dalam keluarga terung-terungan atau Solanaceae.
Saat ini jenis terong dibedakan dari bentuk dan warna kulit buahnya yaitu ada
yang berwarna ungu dan ada yang berwarna hijau. Sedangkan dari bentuknya ada
yang panjang , ada pula yang bulat dan lonjong. Dari beberapa jenis terong yang
ada, saat ini masyarakat umumnya lebih cenderung memilih terong yang berwarna
ungu atau bernuansa ungu dibandingkan yang berwarna hijau. Bila ditinjau dari
segi rasanya tentu saja tidak jauh berbeda, hanya saja ada beberapa diantaranya
yang memiliki rasa manis, kesat dan tawar. Kecendrungan dalam memilih jenis
terong ini juga dipengaruhi oleh selera masyarakat. Bisa saja daerah yang satu
dengan daerah yang lain berbeda seleranya. Seperti di Jawa Barat, masyarakatnya
yang lebih menyukai terong bentuk bulat hijau lorek dimana mereka mengkonsumsinya
secara mentah untuk lalap,sedangkan di daerah lain buah terong yang panjang
lebih disukai. Buah terong yang panjang maupun lonjong ini banyak diusahakan
secara komersial untuk konsumsi sayuran. (Ir. Agung Setya Wibowo,MS., MD
Department-TSP-Surabaya)
wah mantap teong gorreng..
BalasHapus